Bakkara, Periuk Hijau di Tepian Toba

“Dalam diam, di kali pertama mendatanginya, saya langsung jatuh cinta pada Bakkara,”

Mardinding Dolok atau berdinding perbukitan adalah gambaran singkat tentang lembah Bakkara di kecamatan Bakti raja, Kabupaten Humbang Hasudutan, Sumatra Utara.

Lembah Bakkara adalah ‘miniatur Taman Eden’ yang jatuh ke bumi Sumatra Utara. Harus digambarkan demikian karena dalam kitab Genesis (Kejadian), Taman Eden digambarkan sebagai sebuah tempat yang ditumbuhi berbagai pohon dan dialiri dengan sungai yang cemerlang. Semuanya itu ada di Bakkara!

Merujuk ke aplikasi peta Google, Lembah Bakkara dapat ditempuh dalam waktu sekitar 6 hingga 7 jam dari kota Medan. Apabila ditempuh lewat Jalan Lintas Tengah Sumatera, jaraknya sekitar 290 km. Namun bila ditempuh lewat jalan lintas Barat Sumatera, jaraknya sekitar 232 km.

peta medan-bakkara

Read More »

Mangain Bukan Sekadar Untuk Menuju Pernikahan

Mangain adalah bagian tradisi adat masyarakat suku Batak yang dilakukan untuk mengangkat anak dan memberikan marga.

Selama ini, masyarakat di luar suku Batak mengenal Mangain sebagai sebuah tradisi yang dilakukan jelang pesta perikahan antara seorang Batak dengan seorang yang bukan berasal dari suku Batak.

Dengan diangkat sebagai anak dan menjalani tradisi Mangain, maka seseorang yang bukan Batak tadi dapat menikah secara adat Batak dengan pasangannya yang terlahir sebagai orang Batak.

Pandangan itu tak sepenuhnya benar. Sebab, Mangain pada dasarnya merupakan prosesi mengangkat anak. Terlepas dari apakah setelah seseorang menjalani prosesi itu akan menikah dengan seseorang dari suku Batak, itu urusan lain.

Prosesi Mangain
Seseorang yang menjalani proses Mangain, akan diberi dan dikalungi kain gendong oleh orang tua angkatnya. (foto : Anton Purba)

Proses Mangain ini saya jalani pekan lalu di Binjai, Sumatera Utara. Tepat di ulang tahun ke-34.

Seperti banyak orang lainnya di luar suku Batak, saya sempat mengira bahwa proses Mangain ini dilakukan semata agar pernikahan dengan pasangan saya dapat dilangsungkan secara adat.  Namun, begitu saya menjalaninya, pandangan itu berubah sama sekali.

Read More »

Fira Fitria, Gadis Dengan Cerebral Palsy Mendobrak Diskriminasi Lewat Jurnalisme

Salah satu tantangan yang kerap dihadapi kelompok disabilitas adalah diskriminasi dan stigmatisasi. Di lingkungan, mereka disepelekan oleh masyarakat, tidak diterima, dan hanya dijadikan obyek.

Pengalaman itu pula yang dirasakan Fira Fitria (32), gadis dengan cerebral palsy asal Tuban, Jawa Timur.

Cerebral palsy atau lumpuh otak adalah kondisi hambatan motorik yang berdampak kekakuan di seluruh atau sebagian tubuh. Fira Fitria sendiri, mengalami cerebral palsy tipe spastik yang menyebabkan kaki kiri dan tangan kirinya mengalami kekakuan.

“Saya lahir prematur saat usia kandungan 6 bulan dengan bobot 1,2 kilogram,” kata Fira yang sehari-hari dibantu kursi roda untuk mobilisasi.

“Setelah lahir, diinkubasi selama 3 bulan,” sambungnya.

Dengan kondisi tersebut, Fira disepelekan sejak kecil. Saat hendak masuk SD, sekolah-sekolah menolaknya. Hanya 1 sekolah saja yang belakangan mau menerimanya, namun dengan syarat.

“Syaratnya, kalau dalam 3 bulan tidak bisa mengikuti pelajaran, saya akan di-DO,” kenang Fira.

Tak disangka, di kelas dan tahun pertama itu, dia justru mendapat peringkat ke-5. Sejak itulah sekolah percaya pada kemampuannya.

Read More »

Warnoto dan Hanifah : Cinta Bersemi Karena Kusta

Warnoto (51) baru pulang dari merawat tanaman jagung yang dia tanam di lahan Liponsos Babat Jerawat, Surabaya, saat reporter Surya tandang ke rumahnya, Minggu (19/5/2019) siang.

Di rumah sederhana berdinding hijau di kawasan kampung Bukit Jerawat Asri itu, dia sudah ditunggu pula oleh istri dan putri bungsunya.

“Selain merawat jagung, saya sehari-hari juga ngojek,” kata Warnoto.

Warnoto dan istrinya, Hanifah, sudah 9 tahun menempati rumah berukuran 12×7 meter tersebut. Lahan untuk mendirikan rumah ini dibeli Warnoto pada 2005 seharga Rp14,5 juta.

Selanjutnya, Rumah itu setahap demi setahap mereka bangun dari penghasilan yang mereka dapat sehari-hari. Hanifah menyebut, pembangunan rumah itu sampai sekarang masih belum rampung.

“Dulu mulai menempati rumah ini tahun 2010, tapi dibangunnya mulai 2005. Pokoknya begitu sudah ada tutupnya, rumah ini langsung kami tempati,” timpal Hanifah.

Warnoto dan Hanifah adalah secuil kisah kecil dari romansa kehidupan orang-orang yang terpapar kusta. Boleh dibilang, kustalah yang membuat mereka bertemu, jatuh cinta, menikah, lalu kini punya 5 anak.

Read More »

Ajak Dosenmu Ngopi

Saya sering iri melihat kawan-kawan membagikan foto-foto perjalanan mereka. Mendadak, dunia saya menjadi sempit, seukuran bola tenis.

Sudah menjadi kebiasaan. Setiap pagi, kepala langsung diajak berpikir untuk membuat berita apa hari ini. Berkejar-kejaran dengan waktu agar tidak terlambat tiba di kampus. Malam harinya, kembali terkungkung dalam kamar kos ukuran 2,5 x 2,5 meter.  Teratur.Read More »