Kebiasaan Kebahasaan


Saya terkejut bukan main ketika pasangan saya, sepulang dari berkuliah di luar negeri selama hampir setahun, tiba-tiba terbiasa memanggil saya “lu” dan menyebut dirinya “gue”. Berkali-kali dia menyebutkan “lu” ketika memanggil saya. Padahal Setahun lalu, dia masih memanggil saya menggunakan kata “kamu”.

Saya sempat protes memang. Tetapi kemudian saya pikir protes itu tak ada gunanya sama sekali. Toh, tak ada yang salah dengan kata-kata yang dianggap identik dengan kehidupan sosial metropolitan seperti ibukota itu.

Saya pun tak menganggap itu sebagai panggilan yang kasar, tak sopan atau berkonotasi buruk. Sebab Kosakata itu meluncur begitu saja dari balik alam bawah sadar pacar saya.

Tetapi sejujurnya saya merasa sedikit risih. Mungkin itu karena di pekerjaan saya, ada tuntutan untuk selalu menggunakan bahasa-bahasa baku yang bisa diterima setiap kalangan.

Yang menjadi pertanyaan, bagaimana kebiasaan menggunakan panggilan Lu dan Gue itu kemudian bisa hinggap pada pacar saya. Apalagi saya rasa di negeri seberang tempat dia berkuliah, kosakata itu tak akan pernah dipakai, kecuali oleh komunitas-komunitas asal Indonesia sendiri.

Lantas apakah komunitas dan pergaulan mempengaruhinya?

Mungkin saja demikian. Sebab Ketika saya tanya bagaimana dia bisa terbiasa menggunakan kosakata ini, hal itu dibenarkannya.

Namun ini yang unik, selama berkuliah di negeri seberang, dia bergaul dengan beberapa rekan yang berasal dari Madiun dan Malang. Dua daerah pinggiran yang masyarakatnya belum sepenuhnya terbiasa menggunakan Lu dan Gue sebagai kata ganti orang kedua dan orang pertama.

Kesimpulan awal yang saya buat, meski seseorang atau sekelompok orang bukan berasal dari akar yang melahirkan identitas dan kebiasaan bahasa tertentu, bisa menyerap dan membiasakan bahasa itu ke dalam dirinya sendiri dan lingkungannya.

Tak butuh waktu lama. Hanya setahun atau mungkin kurang. Tergantung seberapa intensnya komunitas tersebut “meminjam” gaya bahasa itu, untuk kemudian menjadikan atau mengadopsinya sebagai identitas pribadi.

Leave a comment