Karya : M. Risman Halawa
“Apa yang kamu pikirkan?”
“aku ingat mama, mama pasti sendirian di sana. Harusnya semua berkumoul merayakan Paskah”
”Kamu lupa Dani. Disana mama tidak sendirian. Ada malaikat, ada nenek, ada paman Sakhi, ada …..”
”Tapi kata orang-orang, mama meninggalnya tidak seperti yang lain. Makanya ia tidak bisa ke surga. Cuma melayang-layang di atas rumah. Duduk disana sambil menangis”
”kata siapa itu?”
”Banyak. Juga ada dalam buku yang bibeli Tente Liana. Malah kata Aroni, mama itu jadi hantu gentayangan. Ia yang sering mengganggu orang-orang”
”Huss, jangan bilang begitu. Aroni itu anak nakal!”
”Katanya lagi, itu hukuman bagi orang-orang jahat”
”Dasar nakal, itu tidak benar, Dani. Itu Cuma takdir”
”Takdir? Memangnya takdir itu siapa yang buat?”
”Tuhan!”
”Berarti Tuhan itu jahat. Ia buat mama menderita. Mengapa Ia lakukan semua itu?”
”Tuhan itu besar, Dani. Kita sekarang tidak mengerti, tetapi suatu saat akan tahu, Tuhan itu adil”
”Ah, sebaiknya aku jadi setan saja”
”Setan?”
”Ya, setan. Setan yang amat besar. Kuat. Aku akan datang sama mama. Minta maaf. Aku yang buat semua ini. Lalu kuajak dia kepada Tuhan, agar mama bisa ke surga. Mama tidak bersalah apa-apa. Bapak yang harus dihukum. Bukan mama”
”Mengapa setan? Bukan malaikat?”
”Malaikat itu pembantu Tuhan. Ia pasti tidak berani melawanNya”
”Memangnya kamu akan melawan Tuhan?”
”Ya, itu jika mama tidak diizinkan ke surga”
”Ha……. Ha…….”
”Mengapa tertawa?”
”Tuhan pasti marah”
”Biar. Tapi kata nenek, setan baru dihukum jika dunia kiamat. Masih lama. Nanti dekat-dekat kiamat, aku datang sama pendeta. Minta ampun”
”Ha….ha….
* *
Read More »